PAN ISLAMISME : DARI
AFGHANISTAN HINGGA INDONESIA (1876-1962)
Oleh
Kelompok 6[1]
Abstrak
Jamaluddin
al-Afghani merupakan seoarang tokoh pembaharu yang muncul pada awal abad ke 20.
Pemikiranya mengenai nasip umat Islam yang terpuruk akibat kolonialisme Barat
di Timur Tengah khususnya dan Dunia Islam secara umum membawanya melanglang
buana ke berbagai negara untuk menyebarkan semangat pembaruan yang kemudian
dikenal dengan Pan Islamisme. Pemikirannya ini kemudian ditularkan
kemurid-muridnya yang nanti pada akhirnya menghasilkan karya-karya yang
mengispirasi semangat pergerakan diseluruh dunia Islam termasuk di Indonesia.
Kata Kunci : Pan Islamisme, Jamaluddin al-Afghani, Islam
Latar Belakang Munculnya Pan Islamisme
Jamaluddin Al Afghani lahir pada 1838
dari keluarga bangsawan yang menguasai sebagian wilayah di Afghanistan sampai
masa di mana raja Muhammad Khan mengambil alih kekuasaannya. Dengan latar
belakang yang demikian, ia memiliki kesempatan yang baik untuk mempelajari
berbagai macam ilmu pengetahuan, sehingga dalam usia 18 tahun ia sudah
menguasai bahasa Arab, bahasa Persia, sejarah, hukum, filafat, metafisika,
kedokteran, sains, astronomi dan astrologi.
Setelah
menyelesaikan pendidikannya di Afganistan, ia berangkat ke India dan
melanjutkan pendidikan tingkat tingginya di sana. Selain belajar, ia juga telah
memulai pergerakan politik di India dalam mengusir penjajahan Inggris. Hasilnya
pada tahun 1857 muncul kesadaran baru di kalangan pribumi India melawan
penjajah. Perang kemerdekaan pertama di India pun meletus.Al-Afghani tak hanya
pandai bicara. Didorong keyakinanya, ia melanglang buana ke berbagai Negara(Mohammad,
2006:214).
Pada 1857 ia ke Mekah untuk menunaikan ibadah
haji dan tinggal di Hijaz selama setahun. Setelah itu ia ke Palestina, melalui
Irak dan Iran hingga ke Balluchistan. Dari sana ia kembali ke Afghanistan
dan menjabat sebagai pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan dan pada tahun 1864,
Jamaluddin diangkat menjadipenasehat Syir Ali Khan dan beberapa tahun kemudian
ia diangkat menjadi perdana menteri oleh Muhammad Azam Khan.
Saat
pemerintahan Azam ditaklukkan oleh oposisi di bawah pimpinan Shir Ali yang
didukung Inggris, ia meninggalkan Afghanistan dan pergi ke India dan meneruskan
perjuangan politiknya disana. Karena dianggap mengganggu stabilitas politik di
India, Inggris yang pada saat itu telah menjajah India mengusirnya karena
dianggap berbahaya. Oleh karena itu beliau terus di awasi dan tidak di
perkenankan untuk bepergian melalui jalan darat, juga tidak diperkenankan
bertemu dengan pemimpin-pemimpin di India.
Tapi
akhirnya melalui
jalur laut, jamaluddin pun dapat melanjutkan perjalanannya ke kairo Mesir pada
1871 atas permintaan dari Risyad Pasya, Perdana Menteri Mesir waktu itu
dan menekuni bidang pendidikan dan pengajaran. Rumahnya pun dijadikan tempat
pertemuan para pengikutnya. Disinilah Jamaluddin memberikan kuliah dan
berdiskusi dengan berbagai kalangan termasuk intelektual muda, mahasiswa, dan
tokoh-tokoh pergerakan. Salah seorang muridnya yaitu Muhammad Abduh dan Saad
Zaglul, pemimpin kemerdekaan Mesir (Jenggis. 2011:60-63).
Pada waktu
itu, Jamaluddin sedang tinggal di Mesir dan melihat kondisi Mesir yang amat
miskin dan kondisinya gersang padahal tanahnya begitu kaya dan subur. Kesulitan
keuangan yang pada waktu itu dihadapai oleh masyarakat Mesir. Dengan keadaan
perekonomian yang buruk tersebut, mesir berhutang banyak kepada Negara Barat. Keadaan
ini diperparah dengan dibentuknya Dewan Pengawas Tinggi yang beranggotakan
negara-nergara Eropa untuk mengawasi proses dan alur pembayaran hutang dari
Mesir terhadap negara-negara yang dihutanginya.
Dengan
melihat keadaan Mesir pada waktu itu menjadikan niat Jamalaluddin untuk giat
dalam membangkitkan kesadaran akan bangsa Timur bahwa Negara Barat telah
mengeksploitasi bangsanya sendiri. Sedangkan muridnya, Muhammad Abduh, giat
melakukan syiar-syiar lewat tulisan dan melakukan pendekatan kepada para
petinggi negara. Ia menginginkan rakyat disana agar bisa berbicara dan berjuang
untuk mendapatkan haknya. Berani berpendapat adalah hal yang ditekankan oleh
Jamaluddin kepada rakyat, terutama para kaum muda di Mesir. Mereka berdua
mengajarkan bagaimana menulis dan meluncurkan pendapatnya mengenai negara.
Karena
tulisan menjadi jarang sebagai media untuk saling memberitakan. Padahal para
pujangga Mesir amatlah terkenal, tapi sastranya digunakan untuk hanya memuji
para penguasa yang sebenarnya hanya bisa menyengsarakan rakyatnya saja. Maka
dari itu, mereka berdua menerbitkan surat kabar bertajukkan at-Tijarah yang
akhirnya juga digunakan untuk menyuarakan keadaan timur yang sesungguhnya pada
negara di timur lainnya dan berhasil membakar semangat rakyat Mesir dengan
munculnya pemberontakan-pemberontakan.
Jamaluddin
adalah seorang yang tidak suka dalam bidang menulis dan tidak banyak menulis.
Dan jika Jamalaluddin menulis, itu dilatarbelakangi dengan
pengalaman-pengalamannya yang ikut dalam pemberontakan suku-suku di Afganistan
untuk melawan Inggris, selain itu juga Jamlaluddin ingin mempelajari karya
barat, sains Eropa dan membuat majalah dalam bahsa Arab dan disebarkan ke
seluruh penjuru Negara di Timur. Jamaluddin al-Afghani pernah
menerbitkan jurnal Al-Urwat-Al-Wuthqa yang
mengecam keras Barat. Nama jurnal tersebut juga nama perkumpulan yang
didirikannya di Paris pada 1882. Penguasa Barat akhirnya melarang jurnal ini
diedarkan di Negara-negara Muslim karena dikhawatirkan dapat menimbulkan
semangat persatuan Islam. Karena dilarang diedarkan usia jurnal ini hanya
delapan bulan.
Dengan
majalah ini, semangat dan jiwa kebangkitan dunia Islam sudah menyala tersiarkan
dengan baik, majalah ini berakhir dengan kecaman dimana-mana seperti oleh
Inggris yang merasa negara jajahannya (jajahan dalam bentuk pengaruh dan urusan
rumah tangga kenegaraan) yaitu munculnya pergerakan di India dan Mesir untuk
menentang Inggris. Majalah yang sudah
tidak beredar tersebut ternyata tepat pada sasaran untuk membangkitkan semangat
pergerakan nasional di dunia timur. Tulisan-tulisannya yang menentang
penjajahan, rasa benci terhadap asing agaknya memupuk pemikiran dan semangat
para kaum muda karena membahasa persatuan (lagi-lagi persatuan dunia Islam atau
dunia timur tengah), lalu masalah di Sudan, Mesir, dan India dibahas dengan
pandangan politik Internasional yang berisi penggerakan jiwa cinta tangan air
yang terhina dengan keadaan mereka dijajah Barat.
Di Eropa,
aktivitas Jamaluddin tidak hanya di paris. Ia berdiskusi tentang Islam di
London, diantaranya dengan Lord Salisbury, yang berkuasa ketika itu. Dia pergi
ke Rusia, membangun pengaruh dikalangan cendekiawan Rusia dan menjadi orang
kepercayaan Tsar. Karena pengaruhnya itu, Rusia memperkenankan orang Islam
mencetak Al-Qur’an dan buku-buku Agama Islam, yang sebelumnya dilarang.
Perjuangan
al-Afghani sampai juga di Persia. Penguasa Persia, Shah Nasiruddin Qacahr, menawarkan
posisi perdana menteri. Awalnya, Jamaluddin ragu-ragu, namun akhirnya dia
menerima posisi itu. Ide-ide pembahruan Islam, membuat Jamaluddin semakin
popular di Persia. Ini menghawatirkan Nasiruddin, apalagi Jamaluddin
terang-terangan mengkritik praktik-praktik kekuasaan penguasa Persia itu.
JAmaluddin akhirnya ditangkap dan diusir, namun kesadaran rakyat telah bangkit
untuk menumbangkan Nasiruddin.
Munculnya Pan
Islamisme
Perjalanan
perjuangan Jamaluddin al-Afghani akhirnya sampai ke Istanbul, Turki. Di tempat
ini akhirnya menjadi tempat peristirahatannya yang terakhir. Ia wafat di
Istanbul, pada 9 Maret 1897 dalam usia 59 tahun, Kepergian Jamaluddin ke
Istanbul, Turki, atas permintaan Sultan Abdul Hamid, Khalifaf Utsmaniyah.
Sultan ketika itu ingin memanfaatkan pengaruh Jamaluddin atas Negara-negara
Islam yang menentang Eropa, yang ketika itu mendesak kedudukan kekhalifahan
Utsmania di Timur Tengah.
Pada tahun 1878, Sultan Abdul Hamid membubarkan parlemen dan menunda
konstitusi. Otokrasi kini menjadi idiologi resmi Sultan Hamid, dengan
dikelurkannya hadis-hadis tentang otokrasi khalifah (padhisa). Setelah dipadamkannya cita-cita dinasti Utsmani Muda yang
menginginkan kebebasan individu dan perwakilan parlementer, pemerintahan
Utsmani berpaling ke Islamisme untuk memperoleh dukungan dari mayoritas warga
negara. Selain itu, berpalingnya pemerintahan Utsmani ke Islamisme juga
dikarenakan sebagai bentuk reaksi terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di
dunia internasional. Peristiwa tersebut yaitu, perjanjian Berlin (1878) yang
memberikan kemerdekaan kepada Rumania, Bulgaria, dan Serbia. Hal ini merupakan
kemenangan bagi kekaisaran Rusia, yang menjadi rival utama pemerintahan
Utsmani, pejuang pan-Ortodoks, dan pan-Slavisme (Black. 2001: 540).
Namun upaya
sultan itu gagal, karena keduanya ternyata memiliki perbedaan pendapat yang
cukup tajam. Abdul Hamid tetap mempertahankan kekuasaan otokrasi lama yang
ortodoks, sementara jamaluddin mencoba memasukkan ide-ide pembaharuan dalam
pemerintahan. Sultan akhirnya membatasi kegiatan-kegiaatan Jamaluddin dan
melarangnya keluar Istanbul, sampai ajal menjemputnya. Sepanjang hayatnya, Jamaluddin
al-Afghani telah menulis puluhan karya tulis dan buku, antara laian Pembahasan Tentang Sesuatu yang Melemahkan
Orang-orang Islam, Hilangnya Timur dan Barat, Hakikat Manusia, dan Hakikat
Tanah Air.
Pandangan al-Afghani terhadap
Islam sangat komprehensif. Menurutnya, Islam mencakup segala aspek kehidupan,
baik ibadah, hokum dan social. Persatuan umat Islam harus diwujudkan kembali.
Menurutnya kekuatan Islam bergantung pada keberhasilan membina persatuan dan
kerja sama. Ia juga menyorot soal peran wanita. Dalam pandangannya, kaum pria
dan wanita, sama dalam beberapa hal. Keduanya mempunyai akal untuk berfikir.
Tidak ada halangan bagi wanita untuk bekerja jika situasi menuntut itu.
Jamaluddin menginginkan pria da wanita meraih kemajuan dan bekerjasama
mewujudkan Islam yang maju dan dinamis.
Perjuangan
dan keyakianan akan persatuan umat gemanya terus berkumandang. Kebesaran dan
kiprahnya membahana hingga ke seluruh penjuru dunia. Sepak terjangnya dalam
menggerakkan kesadaran umat Islam dan gerakan revolusionernya yang
membanhgkitkan dunia Islam, menjadikan dirinya tercatat dengan tinta emas
sejarah perjuangan Islam, sebagai pencetus persatuan Islam.
Ya,
ide besar Jamaluddin al-Afghani adalah “Pan-Islamisme”, sebuah gagasan untuk
membangkitkan dan menyatukan dunia Arab khususnya, dan dunia Islam umumnya
untuk melawan kolonialisme Barat. Yang dimaksut dnegan Barat adalah Inggris dan
Perancis Khususnya yang kala itu banyak menduduki dan menjajah dunia Islam dan
Negara-negara berkembang. Inti Pan-Islamisme terletak pad aide bahwa Islam
adalah satu-satunya ikatan kesatuan kaum Muslimin. Jika ikatan itu diperkokoh
dan menjadi sumber kehidupan dan pusat loyalitas mereka, maka kekuatan
solidaritas yang luar biasa akan memungkinkan pembentukan dan pemeliharaan
Negara Islam yang kuat dan stabil.
Pakar
sejarah Azyumardi Azra dalam Historiografi
Islam Kontemporer, menilai ide jamaluddin tentang Pan-Islamisme atau
persatuan umat Islam sedunia, sebagai entitas politik Islam universal.
Konsekuainsinya, dia pun bersentuhan langsung dengan para penjajah itu. Dengan
idenya tersebut al-Afghani menjadikan Islam sebagai ideologi anti-kolonialis
yang menyerukan aksi politik menentang barat. Menurut beliau, Islam adalah
factor yang paling esensial untuk perjuangan kaum Muslimin melawan Eropa, dan
Barat pada umumnya.
Saat
di Istanbul, Jamaluddin akan mendirikan Jamiyah Islamiyah (Pan-Islamisme)
dengan bantuan Sultan Abdul Hamid yang menghimpun negara-negara Persia,
Afghanistan, dan Turki dengan wilayah-wilayah lainnya yang berada dibawahnya. Dengan
cara suatu perjanjian dan persatuan untuk membenahi pemerintahan dan
pendidikan. Ia juga menginginkan Iran masuk arena Iran adalah syiah dan
menggunakan tradisinya untuk memerangi musuh bersama, yang intinya gerakan ini
dapat membendung serangan dan mencegah infiltrasi dari bangsa barat (Eropa)
pada masalah umat-umat Islam.
Tokoh-Tokoh
Penggerak Pan Islamisme
Tokoh utama Pan Islamisme
adalah Al-Afghani yang memiliki murid yang kemudian menggerakkan semangan Pan
Islamismenya adalah Muhammad Abduh, sedang Muhammad Abduh adalah guru Ridha.
Pemikiran ketiganya yaitu berupaya menempatkan Islam sebagai respons alamiah
terhadap kemajuan barat yang mau tak mau kelak harus dicontoh Dunia Arab.
Mereka secara sadar menempatkan bahwa prinsip-prinsip dalam Islam sendiri,
tidak bertentangan dengan prinsip kemajuan peradaban barat.
Gagasan-gagasan
al-Afghani tentang islam membuat dirinya dikenal sebagai tokoh pembaharu. Ia
melihat kemunduran umat Islam bukan karena Islam tidak sesuai dengan perubahan
zaman, melainkan disebabkan umat islam telah dipengaruhi oleh sifat
statis,fatalis,meninggalkan akhlak yang tinggi, dan melupakan ilmu pengetahuan.
Intinya, umat Islam menurut beliau telah meninggalkan ajaran Islam yang
sebenarnya. Islam menghendaki umatnya yang dinamis, mencintai ilmu pengetahuan,
dan tidak fatalis. Sifat statis membuat umat Islam tidak berkembang dan hanya
mengikuti apa yang telah menjadi ijtihad ulama sebelum mereka. Mereka tidak
berbuat dan menggantungkan harapan kepada nasib.
Kesalahan
umat Islam dalam memahami qadha dan qadar menurut al-Afghani, menjadi factor
yang ikut memundurkan umat Islam. Kesalahpahaman tersebut membuat umat Islam
tidak berusaha dengan sungguh-sungguh. Jamaluddin menyebutkan, qadha dan qadar mengandung pengertian
bahwa segala sesuatu terjadi menurut sebab musabab(kausalitas). Lemahnya pendidikan
dan kekurangan pengetahuan uman tentang dasar-dasar ajaran agama, lemahnya
persaudaraan, perpecahan umat Islam yang diikuti pemerintahan yang absolute,
mempercayakan kepemimpinan kepada yang tidak dipercaya, dan kuarangnya
pertahanan militer, merupakan factor-faktor yang membuat kemunduran umat Islam.
Faktor-faktor ini menjdikan umat islam statis, fatalis, dan Mundur.(Muhammad.
2006:215)
Muhammad Abduh juga memiliki
tujuan yang serupa yaitu menunjukkan mengandung pada dirinya kualitas agama
rasional. Akan tetapi berbedan dengan gurunya yang revolusioner dan menempuh
pendekatan politik, Abduh yang seorang moderat dan lebih banyak memusatkan
perhatian pada bidang pendidikan daripada kegiatan politis. Ia mencoba
menanggapi tantangan-tantangan dunia modern dengan menunjukkan kesesuaian Islam
untuk melakuakan intepretasi baru terhadap Al-quran dan As-Sunnah khususnya
tentang persoalan kemasyarakatan yang digariskan oleh Allah pada
prinsip-pronsip umum tanpa perincian (Romli. 33-34). Bahkan
Muhammad Rasyid Ridha
berpendapat bahwa penyebab kemunduran muslim adalah karena mereka telah
kehilangan kebenaran sejati agamanya. Menurutnya, ajaran Islam yang murni
itulah yang akan membawa kemajuan bagi umat Islam. Ia juga memandang bahwa
salah satu penyebab kemunduran umat adalah adanya sikap atau paham, fatalisme
(‘aqidatul-jabbar) di kalangan umat.
Pengembaraan politiknya yang sangat padat dan beragam,
sejak di Afganistan, India hingga Mesir yang berada dalam cengkraman penjajahan
Inggris, sebagaiman diuraikan di atas, telah mengantarkan Al Afghani
memfokuskan ide-ide pembaharuannya pada ide Pan Islamisme (Kesatuan Islam/Jama’ah
Islamiyah). Ia berpendapat bahwa Barat adalah musuh umat Islam, oleh
karena itu, salah satu jalan agar umat Islam bangkit dari keterpurukannya
adalah dengan bersatu padu melawannya.
Dari sinilah
lahir pemikiran Pan-Islamisme yang sangat dikenal sampai sekarang ini. Pan
islamisme menurut Jamaluddin adalah suatu pembaharuan dan kebangkitan dari
dunia islam sendiri sedangkan istilah awalnya yang berasal dari dunia barat.
Disini dapat disimpulkan bahwa pan islamisme adalah suatu pembaharuan atau gagasan
untuk menyatukan dunia Arab khususnya, dan dunia Islam umumnya untuk melawan
kolonialisme Barat (inggris dan Prancis) yang mana telah menduduki dan menjajah
Dunia Islam dan negara-negara berkembang. Ide-ide pembaharuannya yang dituliskan Afghani dalam majalah Al Urwatul
Wutsqa bersama muridnya Muhammad Abduh terbit di Paris hanya selama delapan
edisi dari 13 Maret hingga 17 Oktober 1884 karena dilarang pemerintah Inggris
yang merasa politiknya terancam. (Mohammad, 2006 :215)
Salah satu ide moderen Al Afghani
terwujud dalam penolakannya terhadap teori evolusi Darwin dalam bukunya Ar
Raddu ‘aladdahriyyin. Ia menganggap bahwa aliran evolusi Darwin melahirkan
pengingkaran akan adanya Tuhan sekalipun Darwin sendiri bukan orang yang
mengingkari Tuhan karena pada masa Darwin inilah tersebar materialisme yang
mengatakan bahwa alam ini mempunyai satu dasar, yaitu materi, dan tidak ada
yang lainnya, dan segala sesuatu dalam kehidupan ini merupakan manifestasi dari
materi itu, termasuk pikiran dan perasaan. Materi itu tidak akan hilang dan
tidak akan rusak. Dan hukum-hukum yang mengenainya abadi, tidak akan berubah.
Dan sebenarnya di alam semesta ini tidak ada sesuatu yang binasa, tetapi segala
sesuatu itu berubah dalam bentuk. Karena itu tidak ada jiwa, tidak ada ruh,
tidak ada agama dan tidak ada Tuhan.
Pan Islamisme di Indonesia
Di Indonesia, hampir berbarengan dengan Gerakan Pan Islam berdiri
perkumpulan Jamiatul Kheir di Pekojan, Batavia, pada 1901 sebagai organiasi
sosial yang membawa semangat tolong menolong. Jamiatul Kheir dibentuk dengan
tujuan utama mendirikan satu model sekolah modern yang terbuka luas untuk umat
Islam. Perkumpulan ini lebih menitikberatkan pada semangat pembaruan melalui
lembaga pendidikan modern.
Pramudya Ananta Toer dalam bukunya, Rumah Kaca, menyebut Jamiatul Kheir
yang didirikan sejak 1901 merupakan organisasi politik yang bergerak di bidang
sosial kemasyarakatan yang telah menginspirasi lahirnya Boedi Oetomo.Jamiat
Kheir membangun sekolah bukan semata-mata bersifat agama, tapi sekolah dasar
biasa dengan kurikulum agama, berhitung,sejarah, ilmu bumi dan bahasa pengantar
Melayu. Bahasa Inggris merupakan pelajaran wajib, pengganti bahasa
Belanda.Sedangkan pelajaran bahsa Arab sangat ditekankan sebagai alat untuk
memahami sumber-sumber Islam.(Rahmat.M.I, 2005:24). Keberadaan Jamiatul Kheir yang kemudian
disusul dengan Al-Irsyad, setidak-tidaknya sebagai penggerak dunia Islam baru
yang pertama kali di Indonesia. Deliar Noer menulis, pentingnya Jamiat Kheir
terletak pada kenyataan bahwa ialah yang memulai organiasi dalam bentuk modern
dalam masyarakat Islam (dengan anggaran dasar, daftar anggota
tercatat,rapat-rapat berkala), dan yang mendirikan sekolah dengan cara-cara
yang banyak sedikitnya telah modern (kurikulum,kelas-kelas, dan pemakaian
bangku-bangku,papan tulis dan sebagainya).Menurut H.Agus Salim banyak anggota
Budi Utomo dan Sarikat Islam sebelumnya adalah anggota Jamiatul Khair.
Dalam kaitan dengan gerakan kemerdekaan,pada 4 Oktober 1934, pemuda
keturunan Arab se Nusantara berkongres di Semarang, dipelopori oleh AR
Baswedan, mengumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab: Indonesia adalah tanah
airnya, bersumpah untuk turun kelas dari bangsa Timur asing menjadi pribumi. Kongres
itu juga membentuk Persatuan Arab Indonesia (PAI), yang bertujuan meraih
kemerdekaan Indonesia. Ketika Indonesia merdeka, PAI membubarkan diri karena
tujuannya telah tercapai. Seperti anak-anak bangsa lainnya mereka lalu menyebar
dan aktif dalam berbagai bidang di masyarakat.
Organisasi Islam yang bergerak dengan semangat pembaruan adalah Muhammadyah
yang berdiri pada tanggal 18 November 1912 dengan Pemimpinnya Kyai Ahmad
Dahlan. Gerakan pembaharuan Muhammadyah memang seringkali dihubungkan dengan
Gerakan islam di timur tengah, baik Muhammad Ibn Abdul Wahab yang kemudian
dikenal dengan isltilah Wahabi. Tetapi ahmad dahlan tidak berhenti disitu,
tetapi juga mempelajari karya Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abdu dan Rasyid
Ridha malah pengaruh terbesar yang dirasakan ahmad Dahlan adalah dari Muhammad
Abdu dan Rasyid Ridha. Sehingga gerakannya lebih bersifat apolitis dan sufisme
yang mendasarkan reformasi Islam abad ke-20.(Qodir, 2010:48)
Hal yang paling berkesan dalam diri Ahmad Dahlan adalah ketika beliau bertemu
secara langsung dengan Rasyid Ridha ketika pergi ke Mekkah untuk mendalami ilmu
agama pada tahun 1902. Tafsir Al-Manar adalah
tulisan Rasyid Ridha yang pernah dipelajari oleh Ahmad Dahlan.
Pengaruh Jamaluddin al-Afghani terhadap Ahmad Dahlan adalah langkah-langkah
kembali pada pemahaman Islam yang benar dan menghilangkan taqlid, bid’ah, dan khurafat, mensucikan hati dengan mengembangkan
akhlak al-karimah, dan mengembangkan musyawarah dengan berbagai kelompok dalam
masyarakat. Begitupun dengan persatuan umat islam yang digagas Jamaluddin
al-Afghani dengan Pan Islamismenya, karena menurut Jamaluddin sumber kelemahan
dunia Islam adalah lemahnya solidaritas umat islam itu sendiri.oleh karena itu
ia menekankan pentingnya dunia Islam bersatu padu melawan kekuatan asing dalam
wadah Pan Islamisme.(Karimi, 2012:62)
Gerakan Islam radikal juga pernah terjadi di Indonesia paska kemerdekaan
yakni gerakan Darul Islam(DI) yang dipimpin RM Kartosoewirjo. Gerakan ini tidak
hanya menggagas dan menyebarakan Pan Islamisme, Persaudaraan muslim namun
mendirikan Negara Islam. Akibat kurangnya dukungan dari mayoritas muslim di
Indonesia, gerakan DI ini dicap sebagai pemberotak dan dapat ditumpas pada
tahun 1962(INSEP, 2011)
Kesimpulan
Seluruh kiprah Jamaluddin al-Afghani
ini membuat dirinya tercatat sebagai satu pahlawan besar dan putra terbaik
Islam. Sepak terjangnya dalam menggerakkan kesadar umat Islam dan gerakan
revolusinernya yang membangkitkan dunia Islam, menjadikan dirinya orang yang
paling dicari oleh pemerintah colonial ketika itu, pemerintahan Inggris. Namun,
komitmen dan konsekuensinya yang sangat tinggi terhadap nasib umat Islam,
membuat dirinya terus berjuang, tiada kenal lelah, hingga akhir hayatnya.
Pan-Islamisme
sendiri tidak pernah terjadi dan tidak terealisasikan dalam suatu bentuk
organisasi atau wadah apapun yang struktural untuk menjalankan misi-misinya,
tetapi hanya sebatas ide dan semangatnyalah yang berhasil disebarluaskan oleh
Jamaluddin dan muridnya, Muhammad Abduh. Cita-cita sesungguhnya dari Jamaluddin
mengenai pan-islamisme adalah terciptanya satu pemerintahan Islam yang dipimpin
oleh pemimpin Islam beserta ajaran-ajarannya. Ia membayangkan sebuah liga internasional
berisikan umat Islam.
Pengaruh
Pan Islamisme sampai ke Indonesia lewat para cendekiawan cendekiawan muslim
yang terpengaruh oleh karya-karya dari para tokoh Pan Islam seperti Jamaluddin
al-Afghani dan Muhammad Abdu. Akibatnya muncullah gerakan-gerakan serta
organisasi islam dengan asas persatuan Islam dan Negara Islam.
Daftar Rujukan
Ali, M. 1995. Alam Pikiran Islam Modern di
Timur Tengah. Jakarta: Djambatan.
Black, A. 2001. Pemikiran Politik Islam Dari Masa Nabi
Hingga Masa Kini. Jakarta: PT. Serambi
Hourani, A. 2004. Pemikiran Liberal di
Dunia Arab. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
INSEP. 2011. Al-Zaitun : The Untold Stories .Jakarta: Pustaka Alvabet
Jenggis, P. A. 2011. Kebangkitan Islam. Yogyakarta: NFP Publishing
Karimi, A. F. 2012. Pemikiran dan Perilaku Politik Kiai Haji Ahmad Dahlan. Gresik: MUHI
press
Mohammad, H. 2006. Tokoh-Tokoh
Islam Yang Berpengaruh Abad 20. Jakarta:
Gema Insani
Rahmat,
M. I. 2005. Arus Baru Islam Radikal. Jakarta: Erlangga.
Romli, A S M. 2000. Demonologi
Islam: Upaya Barat Membasmi Kekuatan Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
Qodir, Z. 2010. Muhammadyah Studies: Reorientasi Gerakan dan
Pemikiran Memasuki Abad Kedua. Yogyakarta: Kanisius
[1] Anggota
Kelompok 6
- Sigit Rahmanto. 120731435994
- Kartika Tri Lestari 120731435987
- Eka Fatmawati 120731435992
- Achmad Akbar Cholis 120731435983
- Rian Setiadin 120731435974
- Baitak Nurul Azizah 120731400301
ZOFRANO IMS/A/120731435976
BalasHapusPada tahun 1948 Negara Israel berhasil didirikan oleh David Gueron setelah sekian lama menanti adanya negara bagi kaum Yahudi, Akibatnya reaksi dari negara-negara Arab (Turki, Suriah, Lebanon, Yordania, Arab Saudi, Oman, Yaman, Bahrain, Kuwait, Irak, Iran, Cyprus, UEA) yang menolak Israel berdiri diatas tanah Palestina tetapi oleh masyarakat Israel sendiri Israel sah menjadi negara yang apa di dalam kitab suci tercantum tanah yang dijanjikan sehingga berhak mendirikan negara diatas tanah yang dijanjikan oleh Tuhan (Yahwe) maka terjadi Perang Arab-Israel tahun 1948-1967 kurang lebihnya, lalu semenjak perang tersebut Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab malah tidak bisa mewujudkan Pan Islamisme serta setiap negara Arab saling bermusuhan seperti, Iran dengan Irak, Kuwait dan Irak, Arab Saudi dan UEA condong ke AS dan Sekutu sehingga masalah Suriah tidak terselesaikan bahkan ada yang mendukung Syiah dibandingkan Sunni di kawasan Asia Barat Daya, Mengapa Pan Islamisme ini tidak bisa menyatukan negara-negara Arab dalam mengkondusifkan dan mengkonsolidasi kawasan melawan AS daripada saling bermusuhan??, dimanakah letak yang salah dari ideologi ini?? Apa analisis kelompok anda Pan Islamisme yang dicetuskan oleh Jamaluddin Al-Afghani, At-Tahtawi, dan Muhammad Abduh agar bisa menyatukan negara-negara Arab untuk mengurangi perselisihan dapat terlaksana pada dasar ideologi ini menghadapi era globalisasi yang dimana peran AS dan Sekutu bahkan Israel dalam mewujudkan Israelm Raya bisa efektif dan menjiwai negara-negara Arab menghadapi gertakan AS, Sekutu dan Israel tersebut??
Baitak Nurul Azizah/120731400301/a/2012
BalasHapusSaya akan mencoba menjawab pertanyaan dari Zofrano,
Setiap idiologi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing,
Menurut saya jika mencari letak kesalahan dari ideologi Pan-Islamisme ini tidak ada, karena gagasan al-Afghani ini untuk membangkitkan dan menyatukan dunia Arab (dunia Islam umumnya) dalam melawan kolonialisme Barat merupakan bentuk pembaharuan/kebangkitan dari dunia Islam. Ia melihat kemunduran umat Islam bukan karena Islam tidak sesuai dengan perubahan zaman, melainkan karena sifat umat Islam yg statis, fatalis, meninggalkan akhlak yg tinggi, dan melupakan ilmu pengetahuannya. Hal ini mungkin yg menjadi kendala Pan-Islamisme tidak dapat menyatukan negara-negara Arab. Selain itu setiap negara cenderung sibuk mengurusi masalah yg muncul di dalam negerinya, dimana masalah ini nantinya akan menimbulkan perpecahan. Mereka melupakan tujuan utamanya yaitu bersatu sebagai umat Islam dalam menegakkan Islam dalam melawan kolonialisme Barat/AS.
Menurut analisis saya seharusnya umat Islam di negara-negara Arab/seluruh dunia harus kembali ke masalah utamanya yaitu menegakkan Islam (bersatu) dengan mengikuti perkembangan zaman tanpa harus meninggalkan ajaran Islam sendiri dan tidak harus bersifat statis (hanya mengikuti apa yg menjadi ijtihad ulama sebelum mereka) karena nasib hanya bisa berubah jika umat itu sendiri berusaha untuk merubahnya.
ZOFRANO IMS/A/120731435976
HapusTapi kata anda idak ada kelebihan dan kukurangan berarti Pan Islamisme sempurna dong dari ideologi lainnya?? hayoo, kesalahan Pan Islamisme tidak ada dan kecenderungan negara-negara di dalam organisasi Liga Arab berarti kalau begitu bagaimana negara-negara Arab sendiri menyatukan pandangannya sebab kata Pan Islamisme sendiri menyatukan kedalam panji-panji Islam yang didalamnya sendiri ada perpecahan seperti di negara Suriah, Irak, Iran terjadi adu kekuatan antara Sunni dan Syiah?? Menurut kelompok anda dimana kesalahannya?? #jujur, kalau dari umatnya saja sudah fatalis, konservatif dan orang Barat menertawakan umat muslim walaupun mereka tidak mau mengaku, bagaimana bisa Pan Islmaisme ini yang menurut anda membangkitkan dan menyatukan dunia Arab (dunia Islam umumnya)?? hayoo
Lalu bagaimana penyelesaian problematika terhadap Pan Islamisme di Middle East menghadapi perpecahan dan mereka telah bersekutu-bersekutu ?
misalnya Oman dan Iran bersekutu mengenai Selat Hormuz yang diawasi karena itu sumber kehidupan 2 negara ada disana sedangkan Arab Saudi dan UEA sekutunya AS berusaha mengalirkan minyak dari selat tersebut melalui pipa Abu Dhabi yang melanggar suatu regulasi bahwa negara berhak mengelolanya dan tidak boleh turt campur di dalamnya, bukankah menunjukkan disitu sebuah kelemahan dari Pan Islamisme dan efektifkah bila dibangkitkan kembali di era globalisasi yang dikuasai AS dan Sekutu, analisis kelompok anda seperti apa?? bukannya akan membuat AS dan Sekutunya menghalangi langkah tersebut??
sigit rahmanto/120731435994/offering A/2012
BalasHapussaya akan mencoba menjawab pertanyaan dari Mas Zofrano.. tapi sebelumnya saya mohon maaf karena pertanyaan anda banyak sekali.. disini saya mencoba memberikan gambaran secara umum mengenai Pan-Islamisme pada awal kemunculannya..
Pan-islamisme adalah persatuan islam atau nasionalisme islam kalau menurut saya.. dmana tujuan dari pan islamisme ini ingin menciptakan sebuah dunia islam yang anggotanya hidup bermartabat tidak hidup ditindas oleh bangsa asing. trutama negara barat, karena pada saat ide pan islam ini muncul dunia islam sedang dijajah dan terpuruk oleh asing..
berikutnya untuk konsep kekinian mengenai pan-islamisme.. anda mengaitkan dengan pecahnya negara2 arab.. disini saya menegaskan bahwa pan-islamisme bukan ideologi yang digunakan bangsa arab saat ini.. banyak negara-negara arab yang liberalis semenjak ditemukannya minyak klau mnurut saya.. jika ada negara arab yang condong ke barat.. kita lihat sekarang.. mereka adlah negara kecil makmur sejahtera walulaupun ada kerjasama dengan asing.. pan islamisme bercita cita menjadikan dunia islam bangkit dari keterpurukan yg wktu itu menderita akibat penjajahan bangsa barat. lalu bandingkan dngan dunia islam sekarang khususnya di semenanjung arab apakah mereka menderita akibat intervensi asing? coba anda renungkan...
pembahasan kami fokus pada munculnya pan-islamisme pada masa kolonialisme hingga dekolonisasi.. nmun jika ingin mengaitkan dengan konsep kekinian kami akn berusaha menjawab..
terimakasih atas partisipasi anda.
Vinny Dhenada K - 120732435985 - OFF A - 2012
BalasHapusApakah sampai saat ini Pan Islamisme masih berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia? Seberapa jauhkah itu?? terima kasih
Dalam perjalanan sebuah kegiatan ataupun organisasi pembaharuan memiliki saat-saat yang ditentang atau penolakan, dalam artikel anda saya melihat bahwa Pan Islamisme itu berjalan lancar tanpa penolakan. mengapa demikian? dan jika terjadi, mengapa penolakan-penolakan tersebut tidak terungkap dengan lugas? mohon jawabannya.
BalasHapusEka Fatmawati-120731435992-off A-2012
BalasHapussaya mencoba menjawab pertanyaan dari vinny D. apakah sampai saat ini Pan-Islamisme masih berpengaruh thd bangsa indonesia? menurut saya masih sebab..saat ini, Pan-Islamisme yang berarti perjuangan untuk pembebasan nasional, karena bagi kaum Muslim Islam adalah segalanya, artinya tidak hanya agama, tetapi juga Negara, ekonomi, dan semuanya. Dengan demikian Pan-Islamisme saat ini berarti persaudaraan antar sesama Muslim, dan perjuangan kemerdakaan bukan hanya untuk Arab tetapi juga India, Jawa dan semua Muslim yang tertindas. Persaudaraan ini berarti perjuangan kemerdekaan praktis bukan hanya melawan kapitalisme Belanda, tapi juga kapitalisme Inggris, Perancis dan Itali, oleh karena itu melawan kapitalisme secara keseluruhan. Itulah pengaruh Pan-Islamisme saat ini yang berpengaruh terhadap masyarakat indonesia yang berada di antara rakyat kolonial yang tertindas menurut propaganda rahasia mereka (barat) yang berjuang melawan semua kekuasaan imperialis di dunia.
Diskusi ditutup. Terimakasih
BalasHapusBagaimana perkembangan pan islamisme di india?
BalasHapus